Dibuka dengan satu keluarga yang terdiri dari empat orang, mati perlahan dengan tergantung di pohon, anda akan langsung menyaksikan seorang gadis kecil bernama Ashley (Clare Foley), anak perempuan dari Ellison dan Tracy (Juliet Rylance), sedang asyik menggambar di dinding kamar barunya, dan menolak untuk membantu mengemasi barang kedalam rumah baru mereka. Ya, sebenarnya Ashley tidak ingin pindah, karena itu hanyalah tuntutan pekerjaan dari ayahnya.
Benar, rumah tersebut adalah objek terbaru Ellison untuk proyek terbarunya, dengan kasus utama hilangnya seorang anak bernama Stephanie. Singkat cerita, Ellison menemukan sebuah kotak di loteng rumah barunya, yang berisikan sebuah proyektor dengan beberapa cuplikan super 8 yang masing-masing memiliki label, dengan jarak tahun yang cukup besar. Ya, itu adalah cuplikan tentang proses pembunuhan sadis beberapa keluarga. Semua semakin menarik ketika Ellison menemukan sesosok setan disalah satu cuplikan tersebut, sedang menonton proses pembunuhan, tanpa terlibat didalamnya.
Pertama, sejak awal saya sudah disuguhkan satu tokoh yang berhasil membuat saya tertarik dengan permasalahan yang ia hadapi. Ellison, pria yang tidak santai dan memiliki sebuah aturan khusus untuk istri dan kedua anaknya, Ashley dan Trevor (Michael Hall D'Addario). Tidak boleh ada yang masuk kedalam ruang kerjanya, tidak satupun, dan itu memberikan impresi bahwa karakter satu ini benar-benar dalam tekanan yang sangat besar dengan buku barunya, namun anehnya anda akan menilai bahwa ia adalah pria yang kuat.
Scott Derrickson sukses mengikat saya sejak awal film bergulir dengan cuplikan pembunuhan yang singkat itu. Dia berhasil menciptakan sebuah kasus yang jelas dengan kadar daya tarik yang besar. Konflik utama memiliki tekanan yang besar, kemudian hadir konflik pendukung yang berhasil menambah beban dari konflik utama. Tekanan dari sang istri, masa depan keluarganya jika buku itu gagal sukses, dan anaknya Trevor yang terus mengalami mimpi buruk, semua bekerja dengan baik.
Memang, anda tidak akan menemukan sesuatu yang baru dalam cara film ini menyampaikan ceritanya. Ya, cara klasik, suasana gelap disertai score yang soft membentuk kondisi mencekam, kemudian disertai rasa cemas akan kehadiran sosok makhluk halus disekitar karakter utama dengan bunyi-bunyi aneh. Tapi, kali ini itu semua berhasil membuat saya takut. Dengan dibantu unsur mockumentary, film ini sukses membuat saya untuk terus menjaga agar saya tetap cemas. Derrickson, anda berhasil!
Mungkin untuk beberapa expert dibidang film horror apa yang Sinister tawarkan akan terkesan standar, saya juga sedikit merasakan itu, namun anehnya synopsis dari cerita yang disusun C. Robert Cargill dan Derrickson ini sangat menarik bagi saya. Ya, ini adalah film pertama dari Derrickson yang saya tonton, sehingga saya tidak kenal “cara” yang ia pakai. Begitupula dengan status film ini yang bukan franchise, semakin menambah misteri yang dimiliki film ini, meskipun ada Jason Blum dibelakangnya.
Yang paling menarik dari film ini adalah bagaimana Derrickson mengajak saya untuk ikut merasakan tekanan dari Ellison lewat video-video yang ia putar satu per satu. Ya, ini yang paling menarik, karena dengan video tadi Derrickson menghadirkan clue-clue baru yang disuntikkan secara perlahan, semakin menambah beban dari tokoh utama, namun juga menjadikan saya terus bertanya-tanya sembari mencoba mengaitkan hubungan antar clue tadi. Hmm, saya terbawa suasana, merasa seolah ikut berjalan bersama Ellison mengitari rumah misterius itu dengan dikelilingi suasana tenang yang mencekam. Dan, ketika sosok misterius itu hadir, Derrickson berhasil membuat saya terkejut, dan juga merinding. Momen kejut yang diberikan memang klasik, namun tidak murahan.
Faktor utama keberhasilan sebuah film horror bagi saya apakah film tersebut berhasil menakut-nakuti saya sepanjang ia hadir dihadapan saya. Sinister berhasil melakukan itu. Sangat banyak momen dimana film ini mampu membuat deru nafas saya sedikit bergerak cepat ketika saya menganggap sosok misterius itu akan hadir. Ya, sangat banyak, dan anda akan terus waspada sepanjang film. Pusat film ini jelas adalah Ethan Hawke, dan beruntungnya ia mendapatkan karakter yang memang telah menjadi salah satu kelebihannya, tenang dan berkarisma, seperti menyaksikan Tom di film The Woman in the Fifth. Ethan berhasil menjadikan Ellison sebagai seorang penulis yang dihormati, namun juga seorang ayah dan suami yang memiliki ambisi sangat besar.
Overall, Sinister adalah film horror yang memuaskan. Anda tidak akan mendapatkan sesuatu yang baru dan special dari film ini, karena apa yang ia miliki dapat anda temukan di film horror lainnya. Cerita yang mudah ditebak, tidak menghilangkan daya tarik film ini berkat kinerja efektif yang dihadirkan Scott Derrickson. Atmosfir horror sangat besar, disertai momen-momen menakutkan yang sangat tricky. Sinister adalah film horror yang akan membuat anda terus cemas.
EmoticonEmoticon